Indonesia pernah memiliki kesempatan emas untuk bisa berlaga di Piala
Dunia untuk pertama kalinya sejak negeri ini merdeka. Kesempatan itu
terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 1958 yang akan diselenggarakan di
Swedia. Tetapi, kesempatan itu kemudian hilang lantaran kebijakan
politik negeri ini di era kepemimpinan presiden Soekarno.
Kala
itu Indonesia yang masuk dalam zona Asia untuk kualifikasi Piala Dunia
1958 ini memiliki tim yang cukup disegani di Asia. Saat prakualifikasi,
Indonesia melaju mulus setelah menang walk out (WO) atas Taiwan. Di
babak selanjutnya, Indonesia bertemu dengan Cina.
Setelah melalui
tiga pertandingan dengan penuh kerja keras akhirnya Indonesia lolos.
Pada pertandingan pertama 12 Mei 1957, Indonesia unggul 2-0. Pada
pertandingan kedua, 2 Juni 1957, Cina berhasil membalas dengan
kemenangan 4-3. Karena sama-sama menang akhirnya diadakan pertandingan
ketiga (play-off) di mana kedua negara bermain imbang tanpa gol. dengan
aturan menang selisih gol, Indonesia lolos ke babak Asia-Afrika yang
diikuti negara dari Asia dan Afrika.
Di sinilah kemudian masalah
muncul. Indonesia tergabung bersama Mesir, Sudan, dan Israel. Indonesia
kemudian tidak lolos lantaran alasan non-teknis yang bersifat politis.
Ini terkait dengan kebijakan Soekarno ketika itu yang sedang
mengkampanyekan anti neokolonialisme. Kebijakan pemerintah Indonesia
ketika itu mengecam Israel yang dianggap sebagai penjajah rakyat
Palestina. Timnas Garuda pun mengeluarkan kebijakan bersedia
bertandingan melawan Israel hanya jika pertandingan digelar di tempat
netral. Bermain di rumah Israel itu sama saja dengan mengakui kedaulatan
Israel, Bung Karno tidak setuju dengan itu.
Surat permohonan
untuk bertanding di tempat netral pun dilayangkan kepada FIFA. Induk
sepak bola dunia yang saat itu diketuai oleh Sir Stanley Ford Rous, yang
dikenal sangat kolot dan Eropasentris, menolak permohonan tersebut.
FIFA menegaskan bahwa sepak bola tidak ada kaitannya dengan politik.
Padahal situasi dunia ketika itu sangat erat kaitannya dengan politik
sehingga sulit untuk memisahkan kegiatan sepak bola dengan politik.
Israel ditolak Asia
Penolakan
kemudian tidak hanya dilakukan oleh Indonesia tetapi juga negara Asia
dan Afrika lainnya. Latar belakang sejarah terkait dengan penolakan ini
jelas merupakan persoalan politik.
Sudah umum jika suatu negara
belum resmi menjadi negara yang memiliki kedaulatan penuh dan menjadi
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tetapi sudah memiliki
organisasi sepak bola yang bertanding dengan negara lain. ini juga yang
terjadi pada Israel. Palestine Football Association (PFA) berdiri tahun
1928 di wilayah yang ketika itu bernama British Mandate of Palestine.
Perlu diketahui bahwa PFA ini merupakan organisasi sepak bola orang
Yahudi yang kini kita kenal dengan nama Israel, bukan Palestina yang
dulu dipimpin oleh Yasser Arafat yang hingga kini terus berkonflik
dengan Israel. Tahun berikutnya sudah bergabung menjadi anggota FIFA.
PFA kemudian mengikuti agenda FIFA yakni kualifikasi Piala Dunia 1934
dan 1938 dengan nama Palestina.
Tangga 16 Maret 1934, Palestina
(yang Israel itu) melakoni pertandingan internasional pertamanya babak
kualifikasi Piala Dunia 1934 menghadapi Mesir. Mereka kalah telak 1-7.
Ketika
Israel merdeka tahun 1948, PFA berganti nama menjadi Israel Football
Association (IFA). IFA ini mulai menggunakan nama Israel saat
kualifikasi Piala Dunia 1950 yang digelar di Brasil. Ketika itu Israel
menjalani kualifikasi di zona Eropa. Israel gagal melaju setelah kalah
dalam dua pertandingan, baik kandang maupun tandang, dari Yugoslavia
dengan skor 6-0 dan 5-2. Kualifikasi Piala Dunia 1954 di Swiss, Israel
masih ikut zona Eropa. Mereka selalu kalah dalam pertandingan melawan
Yugoslavia dan Yunani.
Untuk Piala Dunia 1958, FIFA melakukan
perubahan sistem kualifikasi dengan berdasarkan hubungan dan kedekatan
geografis yang bertujuan untuk memudahkan penyelenggaraan kualifikasi.
Dengan kebijakan tersebut menyebabkan Israel pindah zona dan akan
bertanding dengan negara-negara Asia dan Afrika.
Ada dua sisi
mata uang dalam kebijakan ini. Pertama, secara teknis Israel diuntungkan
lantaran tim dari Asia dan Afrika tidak sekuat lawan mereka di Eropa.
Kedua, tanpa pertimbangan matang terkait situasi politik dunia saat itu,
kebijakan ini menimbulkan masalah baru.
Saat undian, Israel
dalam babak prakualifikasi bertemu dengan Turki. Negeri Kemal Attaturk
saat itu masih ikut zona Asia, belum Eropa seperti saat ini. Turki
menolak bertanding dengan alasan solidaritas untuk rakyat Palestina.
Israel pun melenggang ke babak kualifikasi grup Asia yang akan
mempertemukan mereka dengan Indonesia, Mesir, dan Sudan.
Sebelum
Indonesia tidak mau bertanding jika tidak di tempat netral, Mesir sudah
lebih dulu menegaskan tidak bersedia melawan Israel. Alasan Mesir jelas
karena negara ini punya hubungan yang tidak baik secara politik maupun
pertahanan dan keamanan. Sudan pun akhirnya mengikuti jejak Indonesia
dan Mesir untuk tidak bertanding melawan Israel.
Dengan kondisi demikian jelas Israel diuntungkan. Mereka bisa berlaga
di Piala Dunia tanpa perlu bertanding. FIFA kemudian mengeluarkan
pernyataan bahwa tidak ada negara yang berhak lolos ke Piala Dunia tanpa
bertanding sekalipun. Akhirnya dicarikanlah negara lawan untuk Israel
yang diambil dari Eropa.
Wales ke Piala Dunia untuk Pertama dan Terakhir Kalinya
Belgia
kemudian dipilih untuk bertanding melawan Israel setelah negeri
kerajaan ini merupakan runner up dengan nilai terbaik dalam kualifikasi
zona Eropa. Dengan alasan yang tidak terlalu jelas Belgia menolak
bertanding. FIFA pun mencari lawan lainnya.
Akhirnya, Wales,
dipilih untuk menghadapi Israel. Wales yang saat itu juga punya nilai
yang baik tapi tidak lolos. Ketika itu Wales sebenarnya sedang dalam
masa keemasan sepak bola mereka. Mereka diasuh oleh Jimmy Murphy, yang
juga merupakan asisten Sir Matt Busby di Manchester United.
Wales
berhasil mengalahkan Israel 2-0 di Ramat Gan Stadium dan kembali menang
dengan skor yang sama di Ninian Park, Cardiff. Dengan dua kemenangan
tersebut, Wales memperoleh satu tiket ke Piala Dunia 1958 di Swedia.
Keberhasilan lolos ke Piala Dunia ini bagi Wales merupakan yang pertama
kali dan hingga kini merupakan satu-satunya keikutsertaan mereka di
Piala Dunia.
Sementara Israel akhirnya lolos ke putaran final Piala Dunia di tahun 1970 setelah berlaga di zona Oseania melawan Selandia Baru dan Australia. Mereka masih di zona Asia hingga 1974 namun tak satu pun pertandingan dilakoni melawan tim Asia dalam perjalanan menuju Piala Dunia. Sejak 1974 hingga 1990 Israel bergabung dengan zona Oseania, yang berarti mereka harus menempuh perjalanan memutari separuh bumi untuk bertanding. Baru pada tahun 1992, Israel secara resmi bergabung dengan zona Eropa hingga saat ini.
Jikalau Indonesia tidak menolak bertanding, mungkin saja Indonesia berlaga di Piala Dunia 1958. Wales jelas diuntungkan dalam situasi saat itu. Berkat Indonesia, Wales untuk pertama kali dan satu-satunya hingga kini berkesempatan tampil di Piala Dunia. Setelah insiden penolakan tersebut, Indonesia sempat absen dari agenda FIFA dan baru pada kualifikasi Piala Dunia 1974, Indonesia kembali berpartisipasi hingga sekarang dan belum pernah lolos ke Piala Dunia
Sumber
Selamat datang di Situs Judi Slot Online Terpercaya dan bandar judi online terbaik Indonesia tahun 2021 yaitu SLOT1288. Situs Slot GACOR selalu memberikan promo welcome bonus 100% untuk member baru dan Promo Deposit Pulsa Tanpa Potongan Bonus 10% .Games yang di tampilan di situs ini juga sangat beragam, dari permainan judi bola, slot online, casino dan judi poker online. Taruhan yang begitu mudah serta tampilan yang sangat user friendly menjadi alasan utama mengapa anda wajib DAFTAR di SLot1288. Untuk pendaftaran, anda wajib mengisi data-data anda dengan benar untuk mempermudah proses pengecekan. Berapakan minimal deposit di situs ini? Minimal deposit adalah Rp 25.000 saja.
BalasHapusagen judi slot
agen slot online
deposit pulsa tanpa potongan
agen judi online terpercaya