Ritual ini bernama Sokushinbutsu, yang tersebar di daerah utara Jepang,
tepatnya di Yamagata. Di sana kalian akan menemui 24 biksu yang telah
menjadi mumi. Dilihat dari teknik dan ritual yang dijunjung, ini tentu bukan mumi
biasa. Mereka rela menyiksa diri mereka dalam jangka waktu yang lama
untuk mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Mereka rela menjadi
menyendiri di kubur batu, sampai akhirnya jadi mumi. Praktik ini sendiri
pertama kali dirintis oleh seorang kepala biara bernama Kuukai lebih
dari 1000 tahun yang lalu di gunung Koya, Wakayama. Ia melakukan prosesi yang rumit hingga akhirnya berhasil menjadi mumi
dan orang yang suci. Bagaimana prosesinya? Silakan lihat di sini
1.
Berasal dari Sekte Budha
Kuukai adalah pendiri dari ajaran Shingon, sebuah sekte
dari Budhisme yang berkembang di Jepang. Yang membedakan sekte ini
dengan yang lain adalah gagasannya yang menuntun penganutnya rela
mendapatkan berkah melalui penyiksaan fisik. Dipercaya jika banyak para biksu yang ingin menempuh ritual ini. Akan
tetapi, hanya beberapa di antaranya saja yang berhasil ditemukan menjadi
mumi. Menjadi mumi adalah tingkatan akhir dari sekte Shigon ini.
2.
Proses Yang Rumit
Seperti yang diberitakan sebelumnya. Ritual
Sokushinbutsu adalah prosesi yang istimewa. Keistimewaan itu dapat
dilihat dari rumitnya jalan yang harus dilalui oleh para biksu. Proses mumifikasi ini berlangsung selama 10 tahun. Awalnya, para biksu
calon mumi harus diet selama 1000 hari. Diet itu mewajibkan para biksu
hanya makan makanan yang mengandung kacang dan biji-bijian saja. 1000
hari kemudian mereka harus makan kulit dan akar pohon. Hal itu ditujukan
untuk menghilangkan lemak-lemak di tubuh.
3.
Minum Teh Beracun
Selepas melakukan diet selama 2000 hari berturut-turut.
Para biksu kemudian diminta untuk meminum teh dari pohon Urushi. Yang
mencengangkan, teh tersebut adalah teh racun.Pasalnya, pohon Urushi, yang memiliki nama latin Toxicodendron
Vernicifluum, adalah tumbuhan yang biasa dipakai untuk pernis kebutuhan
porcelain. Racun yang terkandung di pohon Urushi dapat menyebabkan
muntah-muntah dan hilangnya cairan tubuh dalam waktu singkat. Secara
alamiah, hal itu juga dapat membuat mayat biksu jadi tidak akan
dihinggapi oleh belatung
4.
Mengunci Diri
Setelah minum teh dari pohon Urushi, kini para biksu
yang taat itu harus mengunci dirinya sendiri di satu tempat. Dengan
keadaan yang lemas, para biksu itu berdiam diri di kubur batu yang
selanjutnya akan jadi makamnya kelak. Di sana mereka akan bersemedi dengan posisi suci bunga teratai. Mereka
tidak diperbolehkan bergerak sedikit pun dan harus berkonsentrasi secara
penuh. Hubungan dengan dunia luar hanya melalui sebuah lonceng yang
dibunyikan tiap hari, sebagai penanda apakah biksu yang berada di kubur
batu itu masih hidup atau telah tiada
5.
Jadi Mumi
Jika lonceng sudah tidak berbunyi lagi di hari-hari
selanjutnya, maka dipastikan para biksu yang menjalani Sokushinbutsu
telah meninggal dunia. Setelah itu para biksu lainnya akan dengan segera
mengeluarkan lonceng dan menutup secara rapat kubur batu di mana biksu
tersebut meninggal dalam keadaan bertapa. Para biksu yang lain akan menunggu hingga 1000 hari lagi dari proses
mumifikasi. Setelah itu kubur batu lalu dibuka kembali, dan jika biksu
tadi berhasil menjadi mumi, maka mereka akan dianggap sebagai Buddha.
Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke dalam biara.
6.
Jadi Ritual Terlarang
Mungkin karena prosesnya bersifat menyiksa diri sendiri,
pemerintah Jepang kemudian tidak memperbolehkan ritual Sokhushinbutsu.
Sekte dari Shingon pun kini sudah berhenti mempraktekkan prosesi
mumifikasi. Para biksu yang menjadi mumi secara mandiri ini kemudian jadi objek
wisata yang unik dan magis. Para biksu menganggap mereka masih hidup dan
dapat melihat dunia nyata seperti layaknya masih hidup. Mumi-mumi ini
dapat ditemui di Sakata, Oaminaka dan di Kaiko.